CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Selasa, 12 Oktober 2010

DI BALIK AUTISME


Istilah “autisme” mungkin sudah mulai umum untuk di dengar, tetapi masih ada individu yang belum mengenal benar – benar apa itu autisme. Menurut salah seorang psikolog, bernama Kanner (Djohan) mengemukakan bahwa autisme berasal dari bahasa Yunani yaitu “autos” yang berarti “sendiri”. Arti dari kata itu adalah memiliki keanehan dalam bersosialisasi dengan dunia di luar dirinya.

Ada 3 gejala yang ditimbulkan dari seorang penyandang autisme, diantaranya adalah gangguan komunikasi, gangguan perilaku dan gangguan interaksi. Pertama, gangguan komunikasi merupakan gejala yang dapat lebih mudah untuk dikenali apakah seseorang menyandang autis atau tidak. Contoh,adik saya adalah seorang penyandang autis, adik saya sulit untuk melakukan tanya jawab dari sebuah topik, dia juga hanya dapat membeo dari ucapan orang lain. Kedua, gangguan perilaku dimana kita dapat melihat seorang menyandang autisme atau tidak. Gangguan perilaku ini dapat terlihat dengan mudah, karena para penyandang autisme memiliki perilaku yang khas seperti mengepakkan tangan, melompat – lompat, berjalan jinjit, senang pada benda yang berputar atau mereka senang memutarkan benda tersebut, dan melakukan perilaku – perilaku yang tidak sesuai dengan anak seusianya. Lalu, yang ketiga adalah gangguan interaksi. Hal ini dapat ditunjukkan dengan mereka tidak suka untuk bermain dengan anak – anak seusianya dan orang lain di sekitarnya dan mereka akan lebih senang untuk menyendiri.

Hal – hal tersebut adalah sulit bagi seorang penyadang autis untuk melakukan sosialisai dengan sekitarnya. Seorang penyandang autis membutuhkan agen – agen sosialisai untuk mendukung dirinya dalam melakukan sosialisai dengan lingkungan sekitarnya. Salah satu agen sosialisai itu adalah keluarga, dimana keluarga adalah sebuah agen sosialisai yang berperan penting yang dapat mendukung serta membantunya. Peranan orang tua, saudara kandung sampai kepada peranan saudara sepupu adalah upaya untuk mendukung seorang penyandang autis. Mereka dapat mendukung seorang penyandang autisme dengan menerima segala hal negatif dan hal positif dari dirinya dan mengupayakan segala alternatif yang dapat membantu untuk menangani penyandang autisme.

Selanjutnya, agen sosialisai yang dapat mendukung seorang penyandang autisme adalah peranan sekolah (guru pembimbing dan terapis) dan lingkungan sosial. Pertama, peranan sekolah (guru pembimbing dan terapis), mereka dapat mendukung dengan cara menerima keberadaan dari anak tersebut, memberikan pengarahan yang jelas (terlepas selalu memberikan bantuan dalam mengerjakan tugas) serta memberikan bimbingan khusus (bagi terapis). Lalu, peranan lingkungan sosial,yaitu teman – teman sebaya dari anak penyandang autis itu sendiri serta individu – individu yang telah mengetahui tentang keberadaan dari seorang penyandang autisme. Lingkungan sosial dapat mendukung dengan cara menerima keberadaannya, menerima segala hal negatif dan hal positif dari diri penyandang autisme serta adanya kepedulian dari diri mereka untuk mendukung dan membantu penyandang autisme untuk mengenal ada dunia yang indah di sekitar dirinya. Sehingga, penyandang autisme akan merasa di dukung dan akan terlihat bakat – bakat serta kemampuan yang luar biasa dibalik kekurangan mereka.

0 comments: